Penyakit
diabetes melitus adalah kondisi di mana kandungan gula dalam darah melebihi
normal dan cenderung tinggi. Penyakit diabetes adalah salah satu penyakit
metabolisme yang mampu menyerang siapa saja.
Diabetes
melitus (DM) atau kencing manis adalah kondisi kronis dan berlangsung seumur
hidup yang memengaruhi kemampuan tubuh dalam menggunakan energi dari makanan
yang telah dicerna. Ada dua jenis utama dari penyakit ini: Diabetes melitus Tipe 1 dan diabetes melitus Tipe 2.
Sebanyak 350
juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit diabetes ini. Sekitar 3-4 juta
orang meninggal karena kadar gula darah yang tinggi pada 2004. Lebih dari 80
persen kematian akibat penyakit diabetes terjadi di negara dengan tingkat
penghasilan menengah dan rendah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan
jumlah kematian akibat DM akan meningkat dua kali lipat selama periode 2005 –
2030.
Penyebab
Penyakit Diabetes Melitus
Pada
prinsipnya, penyebab penyakit diabetes melitus adalah terganggunya kemampuan
tubuh untuk menggunakan glukosa ke dalam sel. Tubuh normal mampu memecah gula
dan karbohidrat yang Anda makan menjadi gula khusus yang disebut glukosa.
Glukosa merupakan bahan bakar untuk sel-sel dalam tubuh. Untuk memasukkan
glukosa ke dalam sel dibutuhkan insulin. Pada pengidap diabetes, tubuh tidak
memiliki insulin (DM Tipe 1) atau insulin yang ada kurang adekuat (DM Tipe 2).
Karena
sel-sel tidak dapat mengambil glukosa, akibatnya ini akan menumpuk dalam aliran
darah. Tingginya kadar glukosa dalam darah dapat merusak pembuluh darah kecil
di ginjal, jantung, mata, dan sistem saraf. Oleh karena itu, diabetes yang
tidak ditangani dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal,
kebutaan, dan kerusakan saraf di kaki.
Ciri Ciri
Penyakit Diabetes
Kedua jenis
diabetes memiliki beberapa gejala dan tanda yang sama. Pada umumnya, gejala
diabetes melitus adalah:
·
Kelaparan dan kelelahan. Ciri yang
pertama berkaitan dengan mekanisme sistem pencernaan. Tubuh mengubah makanan
menjadi glukosa yang digunakan untuk menghasilkan energi. Ketika insulin tidak optimal lagi atau tidak ada, maka tubuh
akan merasa mudah lelah dan cepat lapar.
·
Kencing lebih sering dan menjadi mudah haus. Rata-rata
orang biasanya berkemih antara 4–7 kali dalam 24 jam, tapi orang-orang dengan
penyakit ini mungkin menjadi lebih sering. Mengapa? Biasanya ginjal akan
menyerap glukosa diikuti oleh penyerapan air. Tetapi pada penderita diabetes,
kadar gula darah sudah meningkat sehingga tubuh tidak mungkin menyerap ulang
glukosa. Akhirnya, air yang melewati ginjal menjadi lebih banyak.
·
Mulut kering dan kulit gatal. Karena
semakin sering berkemih, terjadi kekurangan air pada bagian tubuh lainnya. Anda
bisa mengalami dehidrasi dan mulut terasa kering. Kulit kering dapat membuat
Anda gatal.
·
Penglihatan kabur. Perubahan tingkat cairan dalam
tubuh bisa membuat lensa di mata membengkak sehingga lensa mata berubah bentuk
dan kehilangan kemampuan untuk fokus.
Pada kondisi
tertentu, terdapat gejala diabetes yang cenderung muncul setelah glukosa telah
tinggi untuk waktu yang lama.
·
Infeksi jamur. Baik pria maupun wanita dengan
diabetes bisa terkena ini. Jamur menyukai glukosa, sehingga orang diabetes
membuat jamur mudah berkembang. Infeksi dapat tumbuh dalam area kulit yang
hangat dan lembab sepeti lipatan kulit yaitu di antara jari tangan dan kaki, di
bawah payudara, di sekitar organ intim
·
Penyembuhan luka yang lambat. Seiring
waktu, gula darah tinggi dapat memengaruhi aliran darah dan menyebabkan
kerusakan saraf yang membuat tubuh Anda sulit untuk menyembuhkan luka.
·
Nyeri atau mati rasa di kaki
·
Penurunan berat badan. Jika tubuh
tidak bisa mendapatkan energi dari Anda, sel akan mulai membakar otot dan lemak
untuk mendapatkan sumber energi lainnya sebagai gantinya. Pasien akan
kehilangan berat badan meskipun tidak berolahraga maupun tidak mengurangi
makan.
·
Mual dan muntah. Ketika tubuh membakar sumber
energi lain selain glukossa, hasil pembakaran itu berupa “keton.” Darah dapat
jatuh dalam kondisi pH asam, kondisi mungkin mengancam jiwa yang disebut ketoasidosis
diabetikum. Keton dapat menyebabkan sakit perut, mual, dan muntah.
Diagnosis
Diabetes Melitus
Penyakit
diabetes adalah penyakit yang seringkali bisa dideteksi dengan melakukan tes
urine, untuk mengetahui apakah ada kelebihan glukosa. Ini biasanya
didukung oleh tes darah, yang mengukur kadar glukosa dalam darah dan dapat
memastikan apakah penyebab gejala Anda adalah diabetes.
Jika
khawatir bahwa Anda mungkin memiliki beberapa gejala di atas, Anda disarankan
untuk berbicara dengan dokter atau ahli kesehatan yang berkualitas.
Cara
Mengobati Diabetes Melitus
Pengobatan
diabetes dapat dilakukan berdasarkan jenis DM yang Anda derita. Berikut ini penjelasannya.
Diabetes
Melitus Tipe 1
Diabetes
melitus tipe 1 juga disebut diabetes insulin-dependent. Dulu
disebut juga dengan diabetes onset-anak, karena sering dimulai pada masa
kanak-kanak. Namun seiring berjalannya waktu, banyak penelitian menunjukkan
bahwa tipe ini bisa muncul juga pada orang dewasa.
Diabetes
melitus tipe 1 adalah kondisi autoimun. Ini disebabkan pankreas diserang dengan
antibodi tubuh pasien sendiri. Pada penderita tipe ini, pankreas yang rusak
tidak membuat insulin. Diabetes tipe ini dapat disebabkan oleh kecenderungan
genetik.
Risiko medis
yang berhubungan dengan diabetes tipe 1
Banyak dari mereka berasal dari kerusakan pembuluh darah kecil di mata Anda (disebut retinopati diabetik), saraf (neuropati diabetes), dan ginjal (nefropati diabetik). Bahkan risiko yang lebih serius adalah meningkatnya risiko penyakit jantung dan stroke.
Banyak dari mereka berasal dari kerusakan pembuluh darah kecil di mata Anda (disebut retinopati diabetik), saraf (neuropati diabetes), dan ginjal (nefropati diabetik). Bahkan risiko yang lebih serius adalah meningkatnya risiko penyakit jantung dan stroke.
Pengobatan
untuk diabetes melitus tipe 1 ini adalah dengan pemberian insulin, dengan cara
disuntikkan melalui kulit ke dalam jaringan lemak (biasasnya di jaringan lemak
perut).
Diabetes
Melitus Tipe 2
Sejauh ini,
bentuk paling banyak dari penyakit diabetes adalah diabetes melitus tipe 2. 95
persen kasus ditemukan pada orang dewasa. Tipe 2 ini dulu disebut dengan
diabetes onset dewasa, tapi dengan epidemi banyaknya kasus obesitas pada
anak-anak, banyak remaja baru yang juga mengalami tipe ini. Diabetes tipe 2
juga disebut non-insulin dependent diabetes.
Penyakit
diabetes melitus tipe 2 biasanya lebih ringan daripada tipe 1 karena pankreas
sebenarnya mampu menghasilkan insulin, namun karena gaya hidup dan makanan yang
tidak terjaga, pankreas mengalami “kelelahan”. Pankreas mampu menghasilkan
sejumlah insulin. Tapi jumlah yang dihasilkan tidak cukup untuk kebutuhan tubuh
atau sel-sel tubuh lainnya menjadi “kebal” terhadap insulin sehingga menjadi
sel resisten insulin. Resistensi insulin, atau kurangnya sensitivitas terhadap
insulin, kebanyakan terjadi pada sel lemak, hati, dan sel-sel otot.
Sama seperti
tipe 1, tipe 2 mampu menyebabkan komplikasi kesehatan, terutama di pembuluh
darah terkecil dalam tubuh seperti ginjal, saraf, dan mata. Diabetes tipe 2
juga meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Orang yang
mengalami obesitas, dengan berat badan lebih dari 20 persen dari berat badan
ideal, beresiko sangat tinggi untuk terkena tipe ini. Orang gemuk cenderung
memiliki resistensi insulin. Dengan resistensi insulin, pankreas harus bekerja
terlalu keras untuk menghasilkan lebih banyak insulin. Tapi meskipun begitu,
tidak ada cukup insulin untuk menjaga gula normal.
Tidak ada
obat untuk penyakit ini. Pada awalnya, diabetes tipe 2 dapat dikendalikan
dengan manajemen berat badan, nutrisi, dan olahraga. Biasanya, tipe ini
berkembang lebih pesat pada akhirnya, sehingga obat antidiabetes sering
dibutuhkan.
Tes A1C
adalah tes darah yang memperkirakan kadar glukosa rata dalam darah Anda selama
tiga bulan sebelumnya. Pengujian A1C periodik mungkin disarankan untuk melihat
seberapa baik diet, olahraga, dan obat-obatan bekerja untuk mengontrol gula
darah dan hasilnya dilihat untuk mencegah kerusakan organ. Tes A1C biasanya
dilakukan beberapa kali dalam setahun.
Hubungi
dokter jika merasakan hal ini:
·
Merasa sakit perut yang sangat hebat, lemah, dan
sangat haus
·
Bernapas lebih dalam dan lebih cepat dari biasanya
(napas Kusmaull, salah satu penanda kegawatan pada diabetes)
·
Memiliki napas yang berbau manis seperti cat kuku.
(Ini adalah tanda dari kadar keton yang sangat tinggi).
Penyakit
Diabetes Insipidus
Di samping
itu, Anda barangkali pernah mendengar tentang penyakit diabetes insipidus.
Penyakit diabetes insipidus bukan merupakan kondisi gangguan kesehatan yang
permanen seperti halnya penyakit diabetes melitus.
Penderita
penyakit diabetes insipidus mendapatkan penyakit ini karena terjadi gangguan
hormon antidiuretik. Hormon antidiuretik berfungsi untuk mengatur jumlah cairan
pada tubuh seseorang. Jika terjadi gangguan hormon antidiuretik, maka seseorang
akan kencing terlalu sering. Penderita penyakit diabetes insipidus juga akan
terus merasa kehausan. Akibatnya, ia akan minum terlalu sering dan kemudian
mengeluarkan urin atau kencing yang sangat banyak dalam sehari.
Pada
dasarnya, peyakit diabetes insipidus bisa ditangani dengan mengonsumsi air yang
lebih banyak untuk mengurangi kemungkinan mengalami dehidrasi. Jika kondisi
sudah terlalu parah dan penderita penyakit diabetes insipidus kencing terlalu
sering, maka dokter bisa menyarankan untuk mengonsumsi obat desmopressin untuk
mendukung kerja hormon antidiuretik dalam tubuh.
Sumber : https://doktersehat.com/diabetes/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar